Kagumnya Ponakan Pada Sosok Aktivis 1998 Herman Hendrawan
26 TAHUN sudah Herman Hendrawan dihilangkan paksa oleh rezim orde baru. Keluarga dan kawan-kawan dekat, tak pernah melupakan sosok aktivis 1998 kelahiran Pangkalpinang itu. Mengenang kiprahnya, sebuah film dokumenter pun dibuat.
Cerdas, teguh pendirian dan berani. Demikianlah kalimat yang keluar dari Ade Hafiz Hendrawan ketika diminta menyebutkan gambaran sosok Herman Hendrawan, sang paman.
“Gambaran awal sih, yang pasti beliau adalah orang cerdas. Parameternya sederhana saja. Di tahun 1990 itu, sebagai orang yang sekolahnya dari kampung, Acu (paman -red) Herman bisa tembus tes masuk FISIP Universitas Airlangga. Di sana beliau tak cuma kuliah, tapi benar-benar berinteraksi langsung dengan masyarakat dan persoalan pelik kebangsaan di saat itu,” ujar Ade Hafiz, Sabtu, 29 Juni 2024.
Ade yang lahir beberapa bulan setelah sang paman dinyatakan hilang, memang tak mengenal secara langsung seorang Herman Hendrawan. Dia mendapat gambaran sosok sang paman dari cerita kawan-kawan dekat Herman, dari ibunya Hera Haslinda yang merupakan kakak kandung Herman. Serta dari kakek neneknya semasa hidup, Haji Hamali Sahir dan Hajjah Zuniar. Tak lupa, dia pun berselancar di dunia maya untuk mencari tahu kiprah sang paman.
“Waktu SMK kelas 1, saya baru tahu kalau punya Acu (paman -red) Herman yang hebat ini. Ibu saya yang cerita ke saya,” ujar Ade Hafiz.
Saat itu, kekaguman Ade Hafiz baru sebatas kekaguman biasa saja. Minatnya bertumbuh ketika menginjak bangku kuliah, untuk mengenal lebih dalam sosok sang paman. Kepingan puzzle-nya untuk mengetahui sepak terjang sang paman makin lengkap, ketika berkenalan dengan kawan-kawan dekat seperjuangan Herman Hendrawan. Apalagi, kemudian terhubung dengan IKOHI atau Ikatan Keluarga Orang Hilang.
“Saya salut, buah pemikiran beliau. Di kala orba, banyak mahasiswa yang ambil sikap oportunis. Namun beliau berani untuk berbeda sikap dengan mahasiswa kebanyakan. Analisanya atas sebuah masalah kebangsaan yang begitu mendalam. Intens dalam diskusi-diskusi yang memerdekakan pemikiran,” tutur Ade Hafiz.
Mengenang Herman Hendrawan, keluarga beserta kawan-kawan dekat Herman Hendrawan yang sengaja datang dari luar kota, menggelar nonton bareng film dokumenter ’Yang Tak Pernah Hilang’ di Transmart pada Minggu, 30 Juni 2024 dan Senin 1 Juli 2024 di Kampus Universitas Muhammadiyah, Pangkalpinang. Film ini dikerjakan oleh komunitas yang menamakan diri ‘Kawan Herman-Bimo’.
Shooting film ini dilakukan di beberapa kota. Dengan sentralnya Surabaya, yang menjadi titik bermula dari pergerakan Herman Hendrawan dan kawan-kawan.
“Kalau di Pangkalpinang, shootingnya tahun kemarin. Kawan-kawan Acu Herman dari Surabaya datang ke sini. Mereka mewawancarai ibu, uwak, dan kawan-kawan Acu Herman di Bangka. Juga melihat rumah dan berziarah ke makam atok dan nenek,” ujar Ade Hafiz.
Dengan diputarnya film dokumenter
’Yang Tak Pernah Hilang’ di tanah kelahiran Herman Hendrawan, menurut Ade Hafiz, sebagai penanda kalau Herman Hendrawan tak akan pernah hilang dari ingatan keluarga dan kawan-kawan dekat seperjuangan yang begitu mencintai beliau.
“Juga tentu saja, mengingatkan kami sebagai generasi muda, kalau buah perjuangan reformasi yang saat ini dinikmati adalah berawal dari pijaran-pijaran perjuangan yang terus dikobarkan para aktivis di era orde baru. Walau begitu banyak stigmatisasi negatif yang dilekatkan, mereka enggan menyerah,” tutur Ade Hafiz Hendrawan.
Donny Fahrum