Gegara Program Jahe Merah, Warga Keluhkan Blacklist BI Checking
Lensabangkabelitung.com, Bangka Tengah – Program Jahe Merah yang diikuti 400 warga Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) sedang menjadi sorotan, pasalnya warga harus terima namanya diblacklist BI Checking, tak heran warga maupun Pemkab Bangka Tengah angkat bicara.
S, salah satu warga Koba yang mengikuti program jahe merah mengaku awalnya diajak bertani jahe merah dengan iming-iming hasil panen akan dibeli oleh perusahaan penyalur.
“Serta bibit ini dikasih free ditambah biaya penanaman, dengan catatan tidak ada pemberitahuan kewajiban mencicil, trus tidak diberikan pengertian jika ini ada pinjaman KUR, jadi kita juga tidak tahu harus mencicil,” ujarnya, Kamis (4/1/2024).
Bahkan, ia mengaku ada bibit yang diterima sudah rusak tidak layak tanam, sehingga tingkat gagal panen semakin tinggi.
“Kita ingin ada kejelasan dari pihak perusahaan jasa penyalur bibit, apalagi warga sampai diblacklist BI Checking,” tuturnya.
“Mungkin ini bukan program yang jelek dan tidak akan merugikan rakyat, jika tranparansinya jelas dan lain kali pengawasannya program lebih baik lagi,” tambahnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bangka Tengah, Dian Akbarini mengaku memang ada beberapa masyarat yang datang ke kantornya mempertanyakan kejelasan Program Jahe Merah.
“Sempat ada, warga dari Desa Penyak datang ke DPKP minta namanya dihapuskan dari program Jahe Merah dan sebagai peminjam KUR di Bank Sumsel Babel, tentunya Pemkab tidak bisa, karena ini bukan program kita, melainkan pihak Provinsi Bangka Belitung,” terangnya.
“Kita tidak dilibatkan, bahkan nama warga yang mengikuti program kita tidak punya, nanti akan kita fasilitasi pertemuan,” ucapnya.
Sementara itu, Perwakilan PT. Berkah Rempah Makmur (BRM), Supiat mengatakan Program KUR Jahe Merah yang dicetus Gubenur Babel Erzaldhi bisa menghadapi kegagalan panen, dikarenakan faktor alam.
Lebih lanjut, meskipun PT BRM mengarahkan konfirmasi kepada saudara Supiat, namun ia menyampaikan, untuk masalah hutang piutang, bukan bagiannya.
“Pertanyaan hutang piutang tidak tepat ditanyakan kepada saya, karena itu bagian sosialisasi di lapangan,” tuturnya.
“Kalau masalah sosialisasi dan peminjaman KUR, ada bagian lainnya, disini saya hanya bisa menjelaskan terkait masalah budidaya, pendampingan dan mengajak masyarakat untuk membuat pupuk organik dan sebagainnya,” tuturnya.
“Musuh kita ini adalah alam, pas kita mau menanam, kita sudah diserang cuaca ekstrem, bahkan tanah polibag sampai ke masyarakat ada yang sudah dipenuhi air, kemudian bercak daun, dan fusarium,” sambungnya.
Dikatakan Supiat, bercak daun itu menjadi gejala nasional pada saat itu, namun masih bisa ditangani dengan perawatan yang konsisten.
“Namun yang paling parah adalah serangan fusarium, bahkan jika kita tanam pada lahan satu hektar, satu kilo pun tak bisa panen,” tuturnya.
“Jujur, pada 4 bulan awal saya sudah euforia dan senang dengan rekan lainnya, karena berhasil, bahkan saya tunjukan kepada Gubernur keberhasilan hasil panen jahe merah tersebut,” sambungnya.
“Namun, menginjak 6 bulan ternyata jahe kita terserang penyakit dan kita juga melakukan tindakan, seperti menghubungi balai proteksi dan lainnya,” imbuhnya.
Penulis : Hendri