ARTIKELNEWSOPINI

Pohon Seru’ Kini Mulai Dilirik Oleh Masyarakat

Oleh: Eka Rinaldy (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Program Studi Konservasi Sumber Daya Alam)

POHON Puspa (Schima wallichii ) memiliki berbagai macam sebutan dari beberapa wilayah seperti dari Kalimantan, menyebut pohon ini dengan nama Penaga, sedangkan dari Sunda memenggil dengan nama Huru Manuk, berbeda lagi sebutannya dari Padang, yakni Mesang Miang, begitupun dari Bangka pohon ini lebih dikenal dengan nama Seru’.

Pohon yang memiliki  ciri khas berdaun merah ketika masih muda, dengan tinggi pohon bisa mencapai 20 lebih meter, mempunyai kulit kayu tebal serta kayu teras berwarna coklat kemerahan ini memiliki resistensi yang tinggi. Selain itu tanaman ini tergolong dalam tanaman fire tolerant.

Pohon ini juga mempunyai bunga yang bermahkota, dengan warna putih yang berada pada ketiak ujung ranting, dan juga memiliki buah yang berbentuk bulat dengan biji memiliki sayap.

Seru’ ini juga mampu hidup pada perbagai kondisi tanah, iklim, dan habitat. Tanaman ini Sering ditemukan tumbuh melimpah di hutan primer dataran rendah hingga pegunungan sampai pada ketinggian 2.400 m dpl. hingga 3.900 m dpl. Bahkan, tanaman ini dapat tumbuh dengan subur pada tanah yang berdrainase baik, namun ada beberapa yang ditemukan tumbuh di daerah berawa dan sepanjang tepian aliran sungai.

Di Pulau Bangka dan Belitung, tanaman ini mulai dilirik oleh masyarakat untuk digunakan sebagai tiang pancang bagan. Karena dengan kontur batang yang keras dan juga tinggi, pohon ini menjadi primadona bagi para Nelayan, sebab pohon Seru ini sangat mudah ditemui dan didapatkan dihutan – hutan.

Oleh masyarakat kekinian, pohon Seru’ ini juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kusen, bahkan kerap kali digunakan menjadi balok – balok kayu ataupun papan. Untuk membuat pondok ataupun rumah–rumah warga.

Selain itu, Kayu Seru’ ini juga baik untuk dijadikan pulp dan kertas. Bahkan, Mahkota bunga dan buahnyapun memiliki khasiat sebagai obat – obatan, dengan cara setelah dikeringkan dapat dimanfaatkan sebagai ramuan yang bersifat astringensia untuk mengobati penyakit rahim dan hysteria.

Dengan demikian, eksploitasi pohon Seru’ ini sudah sangat massif dilakukan oleh masyarakat. Hal ini tentu membuat populasi tanaman ini menjadi berkurang dan sangat memungkinkan, suatu saat nanti akan mengalami fase kepunahan. Maka dalam hal ini, kita harus tetap menjaga dan melestarikan habitat tanaman yang ada. (*)

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button