
Hari Pangan Sedunia diperingati dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian penduduk dunia akan pentingnya penanganan masalah pangan baik ditingkat nasional, regional maupun global. Selain itu hari pangan memiliki arti penting yaitu untuk meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya terkait masalah kemiskinan dan kelaparan, karena saat ini hampir sepertiga penduduknya kekurangan makanan karena mereka tidak dapat makan satu kali sehari.
Bagi Bangka Belitung, tantangan dan permasalahan utama yang harus dipecahkan, di antaranya adalah masih tinggi tingkat ketergantungan pangan (beras) dari luar daerah serta upaya memasyarakatkan pola makan yang beragam melalui kebijakan diversifikasi pangan dalam rangka meningkatkan kemandirian pangan daerah. Hari pangan menjadi salah satu momen untuk terus memacu peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan (padi) serta upaya memasyarakatkan konsumsi beragam melalui diversifikasi pangan. Sebagaimana diketahui Babel sendiri setiap tahun Babel baru bisa memasok 30-35% kebutuhan beras dari produksi lokal sementara sisanya sekitar 70% harus di pasok dari luar Babel. Kondisi tersebut turut menjadikan Babel satu diantara 17 provinsi yang menjadi perhatian pemerintah pusat berkenaan dengan kemandirian pangan (https://lensabangkabelitung.com/17/08/2020).
Sementara upaya memasyarakatkan konsumsi pangan lebih beragam melalui diversifikasi pangan dilakukan dengan gencar mengedukasi masyarakat agar mengurangi konsumsi beras dan mengalihkannya ke konsumsi pangan yang lebih beragam. Pemerintah menyadari ketergantungan masyarakat pada komoditas beras dan menjaga ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan menjadi pilihan yang harus ditempuh. Dikutip dari laman Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan 2019 (http://bkp.pertanian.go.id/), perkembangan pola konsumsi pangan pokok (pangan sumber karbohidrat) masyarakat indonesia termasuk Babel masih didominasi oleh kelompok padi-padian terutama beras, sedangkan kontribusi umbi-umbian masih rendah. Pada tahun 2018 konsumsi beras per kapita masyarakat Babel sebesar 89,2 kg meningkat dari sebelumnya sebesar 83,7 kg pada tahun 2017. Adapun konsumsi rata-rata per kapita ubi kayu tahun 2018 masyarakat Babel malah menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2017 yaitu dari 11,7 Kg/kap/th menjadi 7,5 Kg/kap/th. Jika melihat data kebutuhan pangan yang terus meningkat nampaknya upaya diversifikasi pangan belum menunjukkan adanya keberhasilan.
Halaman: