NEWS

Pembangunan RTH Taman Kota Sungailiat Dinilai Tak Sesuai Pagu

Lensabangkabelitung.com, Sungailiat – Menindaklanjuti Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Bangka Tahun 2017, Kelompok Kerja (Pokja) II DPRD Kabupaten Bangka melakukan tinjauan ke Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Taman Kota Sungailiat (TKS), Kamis (12/4/2018).

Pokja II DPRD Bangka ini diketuai Magrizan serta anggota yaitu Usnen, Firdaus Djohan, Tjendrajana, Ruswanto dan Meidian. Tiba di RTH dari 47 ruko yang ada hanya ada empat pedagang yang buka pada siang hari. Suasana tampak sepi dan lengang, meski lalu lintas jalan depan Puncak ramai karena ruko tertutup tembok. Hanya ada beberapa orang pembeli saja yang datang.

Magrizan selaku Ketua Pokja II menilai, pembangunan RTH menggunakan APBD sebesar Rp7,8 miliar. Dengan pagu dana tersebut, pembangunan menurutnya tidak sesuai. “Kami rasa pembangunan RTH tidak sesuai dengan pagu dana yang ada. Kemudian masalah pengalokasian bangunan untuk berjualan tidak sesuai dengan fungsi RTH. Kami yakin kedepan akan terkesan kumuh karena tidak ada atap peneduh. Pedagang memasang terpal ala kadarnya sehingga mengurangi nilai estetika RTH tersebut,” jelasnya.

Menurutnya, salah satu tujuan dibangunnya RTH adalah untuk mengalihkan parkir di jalan Jendral Sudirman. Nyatanya kebijakan tidak berjalan karena parkir tetap semrawut di pinggir jalan.

Terkait warung remang-remang di ruko RTH pada malam hari, Magrizan mengatakan belum mendapatkan laporan terkait hal itu. “Belum dapat laporan. Kalau mengarah kesitu, ada Pol PP karena tugas penegakan mereka. Kalau itu terjadi akan sangat memalukan,” katanya.

Sementara itu Tjendrajana, anggota Pokja II menilai memang bangunan ruko yang dibangun kurang strategis. Dimana ruko berjejer dan dibangun lagi ditengah membentuk huruf M sehingga ada ruko dibelakang yang tertutupi. “Bentuk deretan ruko harusnya bentuk U jadi orang bisa lihat. Ini kasihan yang dibelakang,” kata Tjendrajana.

Untuk itu Tjendrajana meminta kepada disperindag untuk kembali memantau perkembangan ruko di RTH. “Disperindag harus pantau. Jangan sudah diserahkan dibiarkan. Tidak tahu pedagang berkembang apa tidak. Terus malam hari katanya ada musik-musik disini. Disperindag juga datang malam-malam,” imbaunya.

Hal senada dikatakan Firdaus Djohan. Menurut dia, seharusnya keberadaan ruko harus terintegrasi dengan RTH, bukan lokasinya keluar dari RTH. “RTH dan ruko harus satu kesatuan. Kemudin area publik seperti tempat bermain anak masih kurang, harusnya harus ditambah lagi,” harapnya.

Ar, salah satu pedagang yang berjualan di ruko RTH pada siang hari merasa sedih karena sepinya pembeli yang datang. Hingga kerjanya hanya tidur-tiduran saja di rukonya. “Empat bulan tidak ada kemajuan. Sepi yang belanja jadi saya datang hanya tidur kerjanya. Bagaimana untuk bayar sekolah anak,” ungkapnya.

Padahal Ar yang sudah berjualan sejak tahun 2007 mengaku saat kawasan itu menjadi terminal sehari-hari ia bisa mengantongi Rp 300 ribu per harinya, karena bentuk ruko berjejer, tidak ada yang di depan atau dibelakang sehingga semua warung kelihatan. Tapi sekarang, akunya, paling hanya Rp 50-100 ribu per hari “Dak tau lah ngape sepi. Ape karena lokasinya dibuet kurang strategis. Jadi ada ruko yang dibelakang tertutup, orang hanya di depan saja,” ujarnya sembari mengatakan sewa ruko Rp 1,7 juta per tahun.

Puji RSUD Depati Bahrin Usai melakukan peninjauan di RTH, rombongan yang juga didampingi oleh staff Dinas PU ini berkunjung ke Rumah Sakit Depati Bahrin. Disana para anggota dewan melihat ruang UGD yang merupakan gedung baru, kemudian menaiki lift ke lantai dua dan tiga.

Usnen usai melakukan peninjauan di RS Depati Bahrin mengatakan, jika pelayanan di RS ramah karena mulai dari masuk staff RS selalu tersenyum. “Kita harapkan tidak hanya direktur tapi pegawai harus ikuti direkturnya, murah senyum. Kami lihat para staff sangat enjoy,” ungkap Usnen.

Secara umum, kata Usnen fasilitas RS sudah cukup baik. Pembangunan ruang UGD dan poli dengan dana Rp 14,8 milyar dengan tiga lantai terlihat megah.

Sama halnya dengan Usnen, Magrizan pun mengaku terkesan dengan peningkatan pelayanan RS Depati Bahrin saat ini. Padahal tahun sebelumnya ia merupakan salah satu orang yang pernah mengkritisi buruknya pelayanan di RS Depati Bahrin.

“Saya bertanya ke beberapa pasien, sudah ada peningkatan dari tahun kemarin. Kita pernah komplain sprei. Sekarang sudah banyak berubah. Sudah cukup bagus,” ungkapnya. 

Dengan kedatangan para anggota dewan, Djasminar selaku Direktur RS Depati Bahrin mengatakan pihaknya memang mengharapkan masukan dari anggota dewan. 

“Kita berusaha selalu memperbaiki. Dari segi alat, kita ingin lebih maju dari sekarang. Saya lihat pasien semakin nyaman. Tujuan kami menyamankan pasien. Kalau saya ingin nyaman, otomatis kantor saya dulu direhab. Sekarang ruangan poli adem tidak gerah karena dilengkapi AC,” terangnya.

Bangunan baru RS Depati Bahrin, kata Djasminar ada tiga lantai untuk poli satu, dua, lengkap dengan dokter spesialis. Di lantai dasar ruang IGD jadi gabung dilengkapi ruang rekam medis agar pelayanan lebih cepat dan efisien.

Penulis : Vera

Lensa Bangka Belitung

Portal Berita Terkini Bangka Belitung

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button