LENSA NASIONALLENSA TINSNEWS

ITCE ICDX di Bali Dikomplain Buyer & Seller

Lensabangkabelitung.com, Bali – Event pertemuan antara seller (penjual) dan buyer (pembeli) timah ingot yang terdaftar dalam member Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) di Bali, yang dikenal dengan sebutan Indonesia Tin Conference and Exhibition (ITCE) 2016, sepertinya membuat malu Indonesia dimata dunia.

Pasalnya, sejumlah buyer timah dari luar negeri mengeluhkan pelayanan dan kenyamanan acara. Terlebih, tempat berlangsungnya pameran dinilai tidak representatif dan tidak nyaman. Booth pameran pun terletak di sisi salah satu hotel dan terasa sengatan matahari, karena beratap kaca. Ironisnya lagi tempat pameran tentang informasi seller itu tanpa pendingin ruangan.

img_1794

Selain itu banyak booth pameran yang kosong atau tidak ditunggui oleh masing-masing member karena lokasi tidak nyaman.
Komplain ini seperti disampaikan salah satu peserta ITCE dari Taiwan, Kenny Shin. Kenny yang mewakili Multi Gold Co., LTD ini menyayangkan event ITCE yang digelar ICDX tahun ini penuh dengan kekurangan. Kenny kecewa karena event internasional di Bali justru tidak lebih baik dari tahun sebelumnya.

“This years is not better then last years in Jakarta, booth venue is not comfortable, is hot. I thing, I will go back to my hotel, swimming. Its better,” kata Kenny kepada wartawan di sekitar booth pameran, Senin (19/9/2016).
Tidak hanya buyers saja, seller dari Provinsi Bangka Belitung pun mengeluhkan hal sama. Perwakilan salah satu eksportir timah yang memiliki pabrik peleburan atau smelter di Kawasan Industri Ketapang Kota Pangkalpinang juga menilai event ITCE tahun ini gagal memberikan pelayanan kepada seller dan buyers. Selain itu, peserta ITCE yang hadir tidak sebanyak tahun kemarin saat digelar di Pullman Hotel Jakarta.

“Kalau ditanya kami ini serba sulit. Nanti kalau kami sebagai seller komplain, bisnis kami jadi terganggu. Tapi yang jelas begini, ITCE tahun ini tidak lebih baik dari tahun kemarin, banyak juga yang tidak hadir,” ucapnya yang meminta identitas dia dan perusahaannya tidak ditulis.

Menurut dia, sulitnya seller berkeluh kesah karena ketergantungan para eksportir terhadap ICDX. Eksportir tidak memiliki pilihan lain, lantaran bursa timah hanya ada satu BKDI di Indonesia. Sehingga ketika eksportir memprotes, lalu pihak ICDX tidak dapat menerima atau tersinggung, maka bisa saja sistem transaksi perdagangan antara seller dan buyers terganggu.

“Misalnya begini, kita protes ini ya terus pihak sana tersinggung, besoknya kita mau transaksi, ketidaksukaan terhadap kami bisa saja terjadi. Lalu pas mau transaksi sistem error terus gimana, kita tidak menuduh ya, tapi kan kita juga yang terganggu bisnisnya,” ungkap seller tersebut.

Tidak puasnya seller dan buyers pada gelaran ITCE di Sofitel Nusa Dua, Bali yang dimulai Minggu malam (18/9/2016) dengan Wellcome Dinner dan dilanjutkan Conference Exhibition kemarin, dinilai sangat beralasan. Sebab, para member diwajibkan menyumbang dana pelaksanaan acara sebesar Rp70 juta per member. Patokan sumbangan ini naik dari tahun lalu yang digelar di Jakarta sebesar Rp50 juta per member.

“Kali aja duitnya berapa kalau membernya ada 40, banyak juga kan. Harusnya lebih representatif lah. Kalau bagus kan buyers, seller dan penyelenggarakan juga senang,” kata salah satu direktur smelter tersebut.

Penulis : Nico Alpiandy

(boy)

Lensa Bangka Belitung

Portal Berita Terkini Bangka Belitung

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button