LENSA EKONOMILENSA NASIONALNEWS

Harga Komoditi Stabil Ekonomi Pun Membaik

Lensa Bangka Belitung, Pangkalpinang – Pelaku usaha perdagangan dan jasa mengalami penurunan pemasukan, memang berimbas akibat harga komoditi unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak menjanjikan. Sehingga pelaku usaha memilih tidak mengeluarkan modalnya untuk bisnis komoditi unggulan seperti sawit dan karet di sektor perkebunan. Walau pun kondisi harga komoditi tadi sedang naik, namun perekonomian akan membaik, ketika harga komoditi unggulan Babel stabil yang sudah pasti menjanjikan keuntungan.

Walau tidak membicarakan secara luas komoditi pertambangan, namun dia memastikan kondisi akan sama dengan komoditi di sektor perkebunan. Ketika komoditi tadi harganya tidak menjanjikan keuntungan, tentu pelaku usahanya tidak akan mengelurkan modalnya yang otomatis tidak akan ada transaksi. “Saya melihat mereka para pelaku usaha sedang menunggu dan melihat, sehingga tidak mengeluarkan modal mereka saat ini,” jelas Direktur Utama Bank Perkriditan Rakyat Syariah Babel, Helli Yuda.

Dihubungi lewat telepon selularnya, Heli, sedang mempersiapkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BPRS Babel pagi ini di Santika Hotel. Secara signifikan melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS tidak mempengaruhi ekonomi Babel. Karena idealnya, akan menguntungkan, karena komiditi unggulan kita ada komoditas ekspor. “Komoditi kita seharusnya memberikan nilai lebih saat dollar naik, timah, sawit dan karet itu untuk ekspor semua kan, jadi tidak begitu terpengaruh,” jawabnya.

Pemerintah harus mampu membuat harga komoditi unggulan, menjanjikan keuntungan bagi pelaku usahanya. Sehingga, ada kepercayaan pemilik modal untuk berbisnis kembali di sektor yang menjadi komoditi unggulan Babel tadi. Dengan begitu harga sawit dan karet akan menguntungkan masyarakat dan roda ekonomi membaik. “Contoh sekarang, harga sawit naik, karena memang produksi buah sawit saat ini sedikit. Kenapa saya pilih karet dan sawit sebagai komoditi, karena kalau lada musiman dampak tidak berkelanjutan,” ungkapnya.

Disinggung soal banyaknya pedagang kecil, menengah dan besar di Pangkalpinang mulai mengalami penurunan pemasukan signifikan. Salah satu sebabnya, adalah harga komoditi tadi tidak menguntungkan masyarakat yang memproduksi baik itu timah, sawit maupun karet. “Sebenarnya perekonomian Pangkalpinang baru terasa saat bahan pokok naik, karena mayoritas warganya pegawai dan karyawan. Kenapa menjadi lesu, karena sebenarnya yang datang dan belanja di Pangkalpinang itu masyarakat dari Kabupaten,” tambah putra kelahiran Bangka Selatan ini.

(Dnl)(alp)

Lensa Bangka Belitung

Portal Berita Terkini Bangka Belitung

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button