Zaman ini Perangnya Intelektual bukan Perang Senjata
Lensa Bangka Belitung, Pangkalpinang – “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormarti jasa pahlawannya,” dengan lantang diucapkan veteran Fxhardono serketaris veteran belitung, dalam upacara memperingati hari pahlawan yang ke 70 di halaman Kantor Gubernur Prov Bangka Belitung (Babel), Selasa (10/11) pagi.
Bagi Fxhardono yang merupakan kurir pada masa perjuangan kemerdekaan hari pahlawan tidak hanya sebatas upacara bersama, namun momentum untuk mengenang perjuangan dirinya bersama teman-teman dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
“Bagi saya ini adalah momentum yang tak terlupakan mengingat perjuangan kami membela tanah air, Saya asli dari Jawa ingat betul pada tahun 1947-1949 saya ditugaskan untuk menjadi kurir pengantar surat ke Salatiga dan Ambarawa pada waktu malam hari seringakali gerilyawan datang untuk menyerang pemuda dan belanda jadi saya harus membawa surat pergi kesalatiga untuk memberitahu kepada pemuda salatiga dan amabrawa bahwa malam yang akan datang gerilya akan menyerang mereka dan harus bersiap-siap. Untuk mengantar surat itu saya harus berjalan kaki 35 KM karena tinggal di lereng gunung,” ingatnya.
Fxhardono mulai menginjakan kaki di negeri laskar pelangi itu pada tahun 1963 dalam misi konfrontasi malaysia, ia memboyong keluarganya karena tugasnya itu, hingga saat ini Fxhardono masih menetap di Belitung dan tetap mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan karena dengan membentuk yayasan perguruan Belitung.
“Tahun 1963 saya datang ke Belitung dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia sebagai sukarelawan, setelah tiba di belitung saya tidak masuk tentara tapi saya mendirikan sekolah dan yayasan yang perguruan belitung. Karena saya rasa harus terus berjuang untuk negeri dengan mencerdaskan kehidupan bangsam, karena waktu itu Belitung sudah aman tidak ada perang fisik lagi,” ceritanya.
Pada momentum hari Pahlawan ini ia berharap kepada generasi muda agar terus memperjuangkan pembangunan Indonesia, karena menurutnya pembangunan Indonesia saat ini belum selesai dan masih banyak yang harus dibenahi dan hal ini menjadi tanggungjawab generasi muda.
“Harapan saya pada generasi muda pertahankan NKRI, dasar pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan mereka harus merasa mereka berada dalam perjuangan bukan secara fisik atau senjata seperti kami dulu tapi perjuangan secara intelektual untuk melanjutkan perjuangan yang kami lakukan dulu, sebab pembangunan belum selesai genarasi muda harus melanjutkan pembangunan agar terwujudnya Bangsa Indonesia yang adil dan makmur,” ujarnya dengan kobaran semangat.
Veteran yang berusia 80 tahun ini mengingatkan kepada genarasi muda untuk bisa bersikap mandiri dan tidak terbawa arus modernisasi. Menurutnya generasi muda saat ini jangan terbawa arus modernisasi oleh karena itu harus dibekali dengan kecerdasan intelektual sehingga pembangunan di Indonesia terus maju.
“Yang muda itu harus cerdas secara intelektual dan moral karena sekarang ini perangnya perang intelektual, tentunya harus dibarengi dengan sikap mandiri untuk membantu bangsa indonesia yang masih dalam pembangunan, terutama para gnerasi yang bisa mengenyam pendidikan untuk serius melaksanakan agar bisa mendorong buntuk menjadi bangsa yang mandiri dan maju,” tandasnya.