BANGKA TENGAHLENSA DAERAHLENSA EKONOMILENSA KRIMINALNEWS

Disebut Miliki Banyak Ponton Tambang di Pungguk, Acing Bos Hotel Osela : Punyaku Cuma Satu

Lensabangkabelitung.com, Koba – Tim gabungan melakukan penertiban terhadap aktivitas tambang timah ilegal yang beroperasi di Kolong Kenari, Pungguk dan Merbuk Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah, Sabtu Kemarin. Penertiban tersebut dilakukan guna menindaklanjuti laporan keluhan dan pengaduan masyarakat yang resah.

Dalam penertiban di lokasi lahan eks Kontrak Karya (KK) PT Koba Tin tersebut, muncul nama Acing yang merupakan salah seorang pengusaha hotel di Bangka Tengah sebagai salah satu pemilik tambang timah ilegal tersebut.

Dari pantauan media yang ikut dalam penertiban tersebut, terdapat 67 ponton Tambang Inkonvensional (TI) rajuk yang ditinggalkan begitu saja penambang dan belum diketahui pemiliknya. Namum disinyalir beberapa ponton tersebut diduga milik Acing.

Saat dikonfirmasi Lensabangkabelitung, Acing dengan tegas membantah bahwa memiliki 67 ponton tambang di Kolong Kenari, Merbuk dan Pungguk.

“Siapa bilang bos. Ponton ku cuma satu. Bakar saja kalo orang bilang yang saya bos. Jadi mana yang ditunjuk orang dibakar saja kalo katanya pontonku. Hoak tu,” ujar Acing saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Minggu, 11 April 2021.

Acing menuturkan siap membantu membelikan bensin dan bersama-sama membakar ponton tambang yang disebutkan miliknya itu. Untuk itu dia meminta pihak yang menuduh ponton tambang tersebut punyanya untuk tidak berbicara sembarangan.

“Kalau makan boleh kita sembarangan asal kita bisa menelannya. Kalau ditanya dan saya bilang tidak, ya sudah. Kalau ada ya buktikan. Kadang-kadang hidup ini kawan yang benar-benar kita percaya bisa mengejutkan kita. Ampun lah. Entah apa tujuannya. Takut benar dengan duit,” ujar dia.

Acing sendiri tidak menjawab ketika ditanyakan sudah sejak berapa lama membuka tambang di lokasi tersebut dan kemana menjual hasil timah yang didapat.

“Entahlah. Perut lapar bos. Itu iseng jadinya. Mau nyarik pucuk ubi dan sayur tidak ada. Jadilah tumis belacan,” ujar dia.

Menurut Acing, orang-orang sudah tahu siapa yang banyak punya ponton di lokasi tersebut. Dia tidak terima jika bekerja yang diakuinya hanya iseng, tapi malah dia yang mendapat sorotan.

“Kita yang disorot. Jadi lucu. Bener ga bro. Kalau mau menyorot kita, kita tidak seujung kuku orang. Orang dari kaki sampai ke rambut. Kita cuma ujung kelingking tapi mau digituin. Saya bilang kalau kawan itu nanya punyaku, kita bakar ponton siapa yang tukang nunjuknya,” ujar dia.

Diakui Acing, di lokasi tambang tersebut sering terjadi adu domba di kalangan penambang. Untuk itu sebagai pembuktian, Acing mengajak siapa pun orang menyebutkan ponton itu punya dia agar dibakar.

“Kita bakar saja dan saya bisa beli bensinnya. Biar saya roboh karena satu ponton tapi yang lain 60 lebih. Jangan sembarangan menuduh. Kalian yang dapat duit dan sudah kembung sampai perut pecah. Saya dulu yang ngurus untuk kalian maju di Bangka Tengah semuanya tapi kalian menuduh saya. Saya tidak pernah ganggu orang. Kerja pun jangan tidak. Hanya untuk nyari duit beli permen,” ujar dia.

Ditegaskan Acing, dia tipikal orang yang tidak suka menganggu orang lain dan tidak suka jika diganggu. Kalaupun memiliki banyak ponton, kata Acing, dia mengaku akan bertanggung jawab. Bahkan dia mempersilakan wartawan atau LSM ketempatnya daripada lewat telepon.

“Jadi jangan lempar batu sembunyi tangan. Semua sudah tahu bukannya tidak tahu. Kerja siapa disitu. Cuma pura-pura ngadu orang. Kita bukan anak kecil jaman Jepang. Kita sudah merdeka dari 1945. Buyut kita sudah mati tapi masih saja diadu domba kayak jaman Belanda Jepang,” ujar dia.

Acing menambahkan dia merakit satu ponton tambang di lokasi tersebut karena bergabung dengan teman-temannya saja dan dianggapnya hanya sekedar iseng-iseng berhadiah saja.

“Orang kerja, kita kerja juga. Karena hidup ini kita nyari makan. Bukan cari musuh atau merampok. Kita kerja kita bertanggung jawab. Yang penting kamu wartawan juga sama. Kalau disana ada dan mau masuk ponton, ya masuk saja. Orang nyari hidup masa kita nggak nyari hidup. Siapa lagi yang berusaha karena kita sudah dikasih tuhan kaki, tangan, mata dan pemikiran. Yang penting jangan dengerin orang. Kamu ketemu saya, kita jadi saudara, ya sudah. Pening dengar orang ngomong. Bisa mabuk. Kalau orang WA ku balas karena tidak mau dengar yang tidak sinkron,” ujar dia.

Penulis : Hendry | Editor : Servio M

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button